KITAB HILYATUL AULIA

Karya: Abu Nu’aim al Ashfani


Dalam kitab Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim al-Ashfani di terangkan pada suatu masa, muncul segerombolan جند الله mahkluk Allah (wabah penyakit ganas) hendak memasuki kota Damaskus (دمشق). Dalam perjalanan menuju kota Damasykus, mereka bertemu dengan salah satu Wali Allah, dan terjadilah percakapan singkat:

Waliyulloh: “mau kemana kalian? “

Wabah Penyakit: “kami di perintah oleh Allah untuk memasuki Damasykus”.

Waliyulloh: “berapa lama? dan berapa banyaknya korban? “.

Wabah Penyakit: “dua (2) tahun dan 1000 korban meninggal”.

Setalah dua (2) tahun kemudian, sang Wali bertemu kembali dengan wabah penyakit ini.

Waliyulloh: “kenapa dalam 2 tahun kalian memakan korban 50.000 orang? bukannya kalian janji hanya 1000 meninggal? “.

Wabah Penyakit: “kami memang diperitah Allah untuk merenggut 1000 korban. 49.000 korban lainnya meninggal dikarenakan PANIK (الخواطر الشديدة) “. Kepanikan justru melahirkan Takdir Baru yg belum disetting dalam Qodlo-Mubromnya yakni Qodlo Mu’allaq.

Kisah adanya wabah di kota Damaskus (Siria) ratusan tahun yang lalu yang dinukil dari Kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu’aim Ashfani.   Dalam kitab tersebut diceritkan, suatu masa, muncul segerombolan makhluk Allah berupa wabah penyakit ganas yang hendak memasuki Kota Damaskus. Dalam perjalanan menuju Kota Damaskus, mereka bertemu dengan salah satu Wali Allah. Kemudian, terjadilah percakapan:   Waliyullah bertanya, “mau ke mana kalian?” Wabah menjawab, “kami diperintah oleh Allah untuk memasuki Damaskus.”   Waliyullah bertanya lagi, “berapa lama, dan berapa banyaknya korban?” Wabah itu pun menjawab, dua tahun dengan seribu (1000) korban meninggal.   Dua (2) tahun kemudian, jumlah korban meninggal ternyata mencapai lima puluh ribu (50.000) orang. Ketika sang Wali bertemu kembali dengan wabah penyakit ini, ia pun bertanya, “kenapa dalam dua tahun kalian memakan korban lima puluh ribu (50.000) orang? Bukannya kalian janji hanya seribu (1000) orang meninggal?”   Wabah itu pun menjawab, “kami memang diperintah Allah untuk merenggut seribu (1000) korban. Empat puluh sembilan ribu (49.000) korban lainnya meninggal dikarenakan panik.”   Karena itu kepanikan justru melahirkan takdir baru yang sebelumnya belum diseting dalam qadla-Nya.   Ia berpesan, dalam menghadapi wabah sepatutnya kita wajib menjaga kesehatan, menjaga diri sendiri, jaga keluarga, dan saling jaga antar kerabat sekitar. “waspada, namun jangan panik”.  

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/118161/kisah-tentang-wabah-yang-merenggut-50-ribu-orang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *