Makna Isra’ Mi’raj


Tanah Thoybah (Bumi kebun kurma)
Di tengah perjalanan menuju Masjid Baitul Maqdis (yang kemudian kita kenal dengan peristiwa isra’), Nabi Muhammad SAW yang saat itu sedang mengendarai Bouraq beserta Malaikat Jibril dan Mikail berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma (dzatu nakhlah). Setelah Bouraq berhenti dengan sempurna, Malaikat Jibril berkata kepada Nabi: “Wahai Muhammad, turunlah di sini dan sholatlah”. Setelah Nabi Muhammad SAW selesai mengerjakan sholat, kemudian Jibril berkata: “Tahukah Kamu (Muhammad) di mana Kamu mengerjakan sholat?”, “Tidak”, jawab Nabi. Lalu Jibril berkata: “Kamu melaksanakan sholat di atas tanah yang bernama Thoybah (Nama lain dari kota Madinah) dan di sini nanti Kamu akan berhijrah”.

Tanah Madyan
Sesaat kemudian rombongan yang terdiri dari Nabi Muhammad SAW, Malaikat Jibril dan Mikail berangkat kembali. Dengan secepat kilat, sang Bouraq melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya. Tidak berselang lama, tiba-tiba Malaikat Jibril berseru: “berhentilah (wahai Bouraq), dan turunlah Kamu (Muhammad). Kerjakan sholat di tempat ini!”. Setelah Nabi Muhammad SAW selesai mengerjakan sholat dan kembali ke atas punggung Bouroq, Malaikat Jibril memberitahukan bahwa Nabi Muhammad SAW telah sholat di atas tanah Madyan, tepat di sisi pohon dimana dahulu Musa pernah bernaung di bawahnya dan beristirahat ketika dikejar-kejar oleh tentara Fira’un.

Lembah Thursina’
Dalam perjalanan selanjutnya, Nabi Muhammad SAW kemudian turun di lembah Thursina’, sebuah lembah yang berada di tanah Syam, tempat (dahulu) Nabi Musa ‘Alaihissalam pernah berbicara langsung dengan Allah SWT (kaliimullah). Nabi Muhammad SAW sholat di tempat itu pula.

Betlehem (Baitul Maqdis)
Ketika rombongan sampai di suatu daerah yang tampak di sana istana-istana Syam, Nabi Muhammad SAW diperintahkan turun (oleh Malaikat Jibril) dan mengerjakan sholat pula di sana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada Nabi dengan berkata: “Kamu telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkannya Nabi Isa bin Maryam”.

Turunnya Habibana Muhammad SAW (dari punggung Bouraq) di “beberapa tempat terberkati” dan disuruh oleh Malaikat Jibril mengerjakan sholat di atasnya menunjukkan beberapa hal :

Adanya hubungan (sejarah) yang sangat erat antara tanah tersebut dengan agama Islam dan para Nabinya.
Begitu terangnya barokah tanah tersebut pada zaman panji dan peradaban Islam berkembang
Agama Islam adalah risalah (ajaran yang dibawa para Rasul) yang sangat memelihara risalah kenabian sebelumnya

dan (Nabi Muhammad SAW) akan mengakhirinya pula.
Sebuah ajaran untuk merawat semua peninggalan agama yang terhubung dengan beberapa peristiwa besar yang pernah terjadi, kejadian yang dianggap mulia, dan peringatan atas keutamaan yang pernah terjadi sebelumnya.
Ajaran ini didasarkan atas syukur kepada sang Khaliq atas segala nikmat dan anugrah yang telah diberikan, dengan cara menjaga kontinuitas untuk tetap beribadah, berdo’a, berdzikir, serta bertafakkur, sehingga manusia yang hidup setelahnya dapat mengambil manfaat dan kebaikan (atas beberapa tempat yang terberkati).

Referensi:

Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah

ويمضي موكبه الميمون صلّى الله عليه وسلّم فيمر على مواقع مباركة مشرفة، فمنها – وهي أولها – أرض ذات نخل، فقال له جبريل: انزل فصل ههنا فنـزل فصلى ثم ركب، فقال له جبريل: أتدري أين صليت؟  فقال : لا ، قال : صليت بطيبة وإليها المهاجرة ثم انطلق البراق بسيد الكونين إلى أن وصل مدين عند شجرة موسى التي استظل تحتها حين خرج من مصر ، فقال له جبريل : انزل فصلّ فنـزل وصلى .

ثم انطلقوا إلى طور سيناء حيث كلم الله موسى، فقال له جبريل: انزل فصلّ، فنـزل فصلى، ثم ركب إلى أن بلغ أرضاً فبدت له قصور الشام، فقال له جبريل: انزل فصل، ففعل، ثم ركب فانطلق البراق به إلى أن نزل إلى مكان فصلى فيه، فقال : أتدري أين صليت ؟ قال : لا ، قال : صليت ببيت لحم حيث ولد عيسى ابن مريم .

وفي نزوله صلّى الله عليه وسلّم في هذه المواقع وصلاته بها دليل كبير على ربطها بالإسلام وبنبي الإسلام وانضوائها تحت لوائه وعهدته، وأن الإسلام هو الرسالة المهيمنة الخاتمة لكل الرسالات السابقة، وفي ذلك أيضاً فتح لباب الاعتناء بالآثار الدينية التي ترتبط بحوادث عظيمة، ووقائع كريمة وذكريات فاضلة قديمة، وأن إحياء ذلك يكون بشكر الله تعالى على نعمه وفضله بالعبادة والدعاء والذكر والتفكر فيما يعود على الإنسان بالمنفعة والخير

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *