KOMPETENSI LITERASI DIGITAL BAGI GURU DAN PELAJAR DI LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN MALANG
Di era millennial seperti saat ini penggunaan media digital semakin massive, kalangan pelajar dan guru merupakan pengguna aktif. Penelitian mengenai kompetensi literasi digital dilingkungan sekolah masih tergolong sedikit. Subyek dari penelitian ini adalah para guru dan pelajar dilingkungan sekolah kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pentingnya program pembelajaran kompetensi literasi digital dikalangan guru dan pelajar yang memberikan dampak positif bagi pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan media digital khususnya untuk media pendidikan. Program ini memberikan kontribusi yang baik bagi guru dan pelajar. Pada proses pelatihan para peserta belum semuanya memilki keterampilan literasi digital, sehingga beberapa guru dan pelajar ada yang belum paham cara efektif dalam memanfaatkan media informasi digital. Oleh karena itu pembelajaran literasi digital perlu diterapkan karena merupakan solusi praktis untuk membangun kompetensi literasi digital bagi guru dan pelajar, agar terbentuk SDM yang memiliki karakter dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak yang negatif. Penyampaian informasi yang begitu cepat, setiap orang mudah memproduksi informasi, dan informasi tersebut melalui beberapa media sosial seperti instagram, facebook, twitter, ataupun pesan telpon genggam seperti, whatsapp dan lain sebagainya
yang tidak dapat difilter dengan baik. Komunikasi yang dikeluarkan baik orang perorangan maupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah terkirim dan dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan seseorang atau kelompok [5]. Sangat disayangkan apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi bohong dengan judul yang sangat provokatif mengiring pembaca dan penerima kepada opini yang negatif dan tindakan kekerasan. Opini negatif, fitnah, penyebar kebencian yang diterima dan menyerang pihak ataupun membuat orang menjadi takut, terancam dan dapat merugikan pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi dan menimbulkan kerugian materi [6].
Masyarakat Indonesia memiliki budaya melek teknologi yang masih rendah. Tanda-tanda rendahnya tradisi literasi begitu tampak dalam kehidupan sehari-hari, seperti rendahnya minat membaca dan menulis di kalangan masyarakat. Masyarakat lebih senang menonton TV dan mendengarkan music, dll. Dalam era gadget dan internet seperti sekarang ini, rendahnya budaya literasi dapat merongrong jati diri sebagai pelajar. Rendahnya budaya literasi dapat menyebabkan kegagapan dalam menghadapi teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang luar biasa pada saat ini. Masyarakat mudah mengakses dan menyebarkan berita-berita atau informasi hoax. Tak sedikit kasus bullying, penipuan, dan pornografi/aksi yang berawal dari kurang cerdasnya berliterasi, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung [8].
Masyarakat yang tidak memiliki kesiapan dalam menerapkan teknologi informasi, dan juga yang tidak melek terhadap informasi yang dibawa media menimbulkan berbagai permasalahan seperti masalah fisik dan psikis. Bagi pelajar yang tidak bijak terhadap media digital dapa menimbulkan tindakan konsumtif seperti kecanduan menonton televisi, bermain games baik online maupun offline, bersosial media tanpa batas waktu, mengakses situs pornografi, dan informasi lain yang kurang bermanfaat [3]. Sebagian besar pelajar lebih cenderung menginternalisasi pesan-pesan media dan mengintegrasikannya dalam pembentukan diri, sehingga dapat menumbuhkan sifat individualism, radikalisme dalam berfikir dan lebih eksis di dunia maya dari pada di dunia nyata [2]. Banyak pelajar menganggap bahwa citra yang muncul di televisi adalah sesuatu hal yang nyata, sehingga mereka mencitrakan diri sebagai tokoh-tokoh sinetron dan penyanyi, mulai dari gaya berpakaian, potongan rambut, hingga perilaku sehari-hari [11]. Kemudian bagi orang tua selain menjadi konsumtif, tidak melek media dapat mencontohkan perilaku kecanduan konten media pada anak, sampai dengan menyerahkan pengasuhan anak pada TV. Kegagagapan dalam teknologi informasi ini menyebabkan beberapa peristiwa yang naas terjadi [7]. Maka dari itu kompetensi literasi digital bagi masyarakat sekolah hususnya guru dan pelajar sangat diperlukan dalam rangka menfilter informasi yang ada. Literasi digital diartikan sebagai kemampuan memahami, menganalisis, menilai, mengatur, mengevaluasi informasi dengan menggunakan teknologi digital. Ketidakmampuan pelajar dan guru dalam memaknai literasi digital berdampak pada sikap dan karakter. Maka dari itu solusi yang terbaik yang harus dilakukan adalah menerapkan pembelajaran literasi digital dilingkungan sekolah [10].
Arikel ini mencoba untuk memaparkan pembelajaran kompetensi literasi digital dilingkungan sekolah untuk mendapatakan informasi yang berkualitas sebagai media pembelajaran disekolah agar terhindar dari infromasi yang negatif. Tujuan dari artikel ini agar masyarakat sekolah yang terdiri dari pelajar dan guru dapat mengetahui pentingnya pemahaman literasi digital, dan bagi para guru bisa mengawasi dan mendidik peserta didik dalam mengakses media digital.
Selengkapnya bisa diakses di link berikut: